Resensi Novel Between Shades of Gray karya Ruta Sepetys || Terjemahan Bahasa Indonesia || Noura Books
Februari 16, 2020Judu: Between Shades of Gray
Penulis : Ruta Sepetys
Penerbit : Noura Books
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penyunting : Rika Iffati Farihah
Penyelaras Aksara : Nunung Wiyati
Penata Aksara: Abdul Wahab
Desain Sampul : Fahmi Ilmansyah
Cetakan 1, Desember 2014
Tebal: 385 Halaman
ISBN: 978-602-1306-45-1
Kategori: Fiksi Sejarah, Perang Dunia II.
***
Between Shades of Gray menceritakan tentang orang-orang Lithuania yang diusir dari tanah kelahirannya akibat Perang Dunia II. Stalin yang saat itu memperebutkan Lithuania dengan Hitler berhasil menguasai daerah itu. Dalam buku ini tergambar dengan sangat jelas bagaimana tokoh-tokoh di dalam cerita mengalami ketidakadilan, mengalami penyiksaan secara fisik dan mental dengan kerja paksa. Komunis Uni Soviet berhasil membawa hidup orang-orang borjuis Lithuania kedalam kesengsaraan. Kelaparan, penyakit, dan kematian seperti sudah menjadi jalan terang bagi mereka. Bahkan ada yang terpaksa melacurkan diri kepada tentara-tentara Soviet demi untuk keamanan keluarganya. Tetapi meski hidup dalam penderitaan cerita ini dibumbui dengan cerita cinta yang manis, antar keluarga dan juga antar tokoh utama. Dalam perang kita bahkan berharap pada satu saja keajaiban yang datang. Sama seperti orang-orang Lithuania saat itu, mereka berharap Jerman, melalui tangan Hitler mampu mengusir Stalin dari Lithuania. Tapi sepertinya Hitler terlalu sibuk dengan Prancis, sehigga harapan akan datangnya Hitler pudar begitu saja.
Tahun berganti tahun, dari 1941-1954 para korban rezim Stalin bertahan di tempat-tempat berbeda. Banyak laki-laki yang dijauhkan dari keluarganya, mereka yang dikurung adalah mereka yang dianggap penting, termasuk ayah dari Lina. Keluarga Lina hidup di gubuk orang miskin di Siberia. Setiap pagi, Lina harus bekerja--jika di Indonesia bisa di sebut Tanam Paksa--demi mendapat sedikit makanan untuk bertahan hidup. Ketika puncak musim dingin tiba, wabah penyakit bermunculan, banyak tetangga Lina--yang adalah sesama pengungsi--meninggal.
Lina berharap semua penderitaanya akan berakhir dan dia akan kembali pulang ke Lithuania bersama keluarganya, dan bertemu kembali dengan sang ayah.
Tapi sebenarnya satu jawaban pasti: perang tidak akan pernah membawamu kembali dalam keadaan yang sama.
***
Jujur awal aku membawa pulang buku ini, aku sama sekali tidak memberi ekspektasi apapun, aku hanya tahu buku ini tetang perang. setahun yang lalu sepertinya. kemudia baru bulan Desember 2019 kemarin aku menyelesaikan buku ini. Setelah membaca buku ini, aku langsung saja dibuat kagum. Buku ini mungkin menjadi buku pertama Ruta Sepetys yang aku baca, tapi sepertinya aku sudah kecanduan membaca karyanya. Mengingat Ruta sangat senang menulis buku dengan latar perang. atau bergenre fiksi sejarah.Banyak sekali hal-hal yang aku dapatkan dari buku ini, mulai dari sudut pandang yang baru, informasi yang baru dan itu menyeimbangkan sesuatu yang ada di pikiranku yang selama ini masih berat sebelah. Pandangan tentang Komunis dan juga informasi baru tentang Stalin. Semua menjadi satu kesatuan yang mungkin hanya aku yang bisa merasakannya.
Cara bercerita penulis yang mangalun, dan alurnya yang campuran karena beberapa kali flashback, membuat rasa sendu dan kelam dalam buku ini cukup terasa, plot yang rapi, terbangun dengn baik. Aku benar-benar seperti dibawa masuk kedalam cerita, seperti merasakan penderitaan yang tokoh-tokoh dalam buku ini rasakan. Karakter dalam buku ini aku rasa sangat beragam, kuat dan memiliki andil tersendiri terhadap cerita. Ini semua membuat cerita menjadi lebih hidup dan menarik. Bahkan karakter tentara-tentara Soviet dalam buku ini pun terasa menarik, walaupun mereka antagonis.
Lagi-lagi walaupun cerita di dalam buku ini fiksi, aku berterima kasih kepada penulis. Jika Ruta tidak menulis kisah ini, mungkin aku tidak akan tahu apa yang terjadi di Lithuania, aku tidak akan belajar merasakan kekejaman perang, entah bagaimanapun ideologi yang rezim manapun percayai, perang selalu memakan korban orang-orang tidak bersalah. Perang hanya akan menimbulkan luka yang bagi siapapun tidak akan pernah bisa sembuh.
Terakhir, aku sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca siapapun kalian yang menyukai cerita sejarah.
***
Kutipan-Kutipan Dalam Buku
"Stalin punya rencana, Sayangku. Kremlin bersedia melaukan apa saja untuk mewujudkannya. Kau tahu itu. Dia menginginkan Lithuania untuk Uni Soviet. Jadi, dia memindahkan kita untuk sementara waktu." Hal. 56
Aku menatap Andrius. Darah kering mengerak di gigi dan kedua ujung bibirnya. Rahangnya bengkak. Aku benci mereka NKVD dan Soviet. Kutanamkan benih kebencian di dalam hatiku. Aku bersumpah benih itu akan tumbuh menjadi pohon raksasa dan akar-akarnya akan mencekik mereka semua. Hal. 61
"Kita tidak akan sakit. Kita akan segera pulang ke rumah kita. Ketika seluruh dunia tahu apa yang dilakukan Soviet, mereka akan mengakhiri semua ini." Benarkah?. Hal. 74
"Nak, kau tidak mengerti. Jerman tidak akan memecahkan masalah. Hitler akan menciptakan lebih banyak masalah." Hal. 79
Aku ingat Papa bicara tentang Stalin yang merampas tanah, alat-alat pertanian, dan hewan-hewan milik para petani.Dia memerintahkan tanaman apa yang harus mereka tanam dan seberapa banyak mereka akan dibayar. Menurutku itu konyol. Bagaimana mungkin Stalin bisa merampas sesuatu yang bukan miliknya, sesuatu yang telah digarap oleh petani dan keluargnya sepanjang hidup mereka? "Itulah komunisme, Lina," kata Papa. Hal. 117
"Kau pikir aku memilih ini? Di bawah Hitler atau Stalin, perang ini akan menghabisi kita semua. Lithuania terperangkap di tengah-tengahnya. Kau dengar lelaki itu. Jepang telah mengebom Pearl Harbour. Amerika Serikat mungkin telah bersekutu dengan Soviet. Sudah cukup pembicaraannya. Diamlah." Hal. 285
***
Tentang Penulis
Source : http://rutasepetys.com/about/
Ruta adalah putri seorang pengungsi Lithuania. Lahir di Michigan, ia dibesarkan dalam keluarga seniman, pembaca, dan pecinta musik. Ruta bersemangat tentang kekuatan sejarah dan cerita untuk mendorong dialog dan konektivitas global. Dia telah diundang untuk hadir di NATO, Parlemen Eropa, Capitol AS, Perpustakaan Kongres, dan Kedutaan Besar di seluruh dunia. Dia dianugerahi Bellagio Fellowship yang bergengsi dari Yayasan Rockefeller untuk studinya tentang ketahanan manusia. The New York Times Book Review menyatakan, "Ruta Sepetys bertindak sebagai juara orang-orang interstisial yang begitu sering diabaikan - seluruh populasi hilang dalam celah sejarah."
Ruta dianugerahi Salib Ksatria Ordo oleh Presiden Lithuania atas kontribusinya dalam pendidikan dan pelestarian ingatan dan baru-baru ini dimuliakan dengan perangko yang berisi gambarnya. Dia sangat bangga menjadi peninggalan Baltik, bahkan jika itu berarti dia memiliki nama yang tidak bisa diucapkan oleh siapa pun.
Ruta tinggal bersama keluarganya di perbukitan Tennessee
**Noted : Semua yang ada di paragraf "Tentang Penulis" diambil dari Website Ruta Sepetys.
Perbedaannya hanya terdapat di bahasanya saja.