Resensi Novel

Resensi Novel Namaku Merah karya Orhan Pamuk

November 29, 2018


Judul : Namaku Merah ( My Name is Red )
Penulis : Orhan Pamuk
Penerjemah : Atta Verin dan Anton Kurnia
Penyunting : Anton Kurnia
Tebal : 750 Halaman
Cetakan I : Agustus 2015
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
ISBN : 978-602-290-049-8
Harga : Rp. 99.000
Rate : 4/5 Bintang


***


Menceritakan tentang pembunuhan seorang miniaturis atau pegiat seni lukis di Istanbul. Diduga motif pembunuhan tersebut karena sebuah kelompok empu miniaturis di tugaskan oleh sultan agung untuk memebuat sebuah buku rahasia yang berisikan perjalanan hidupnya sebagai pemimpin Istanbul. Namun, ada hal ganjil dalam cara pembuatan buku tersebut yang diduga disimpan di halaman terakhir buku tersebut. Desas-desus itu terdengan oleh si pembunuh, dan disinilah semua itu bermula. Dibumbui dengan kisah cinta yang menggelora dan juga intrik politik dalam diri para tokoh yang sama-sama ingin menjadi pemenang.


Buku ini sebenarnya cukup menjebak di bagian blurbnya, jika dibaca memang penulis seperti mengarahkan kita masuk kedalam sebuah teka- teki , itu benar. Namun ada bagian lain yang sebenarnya lebih indah daripada misteri itu sendri menurut saya. dalam buku ini, saya seperti dibawa masuk kedalam sejarah Istanbul dan juga perkembangan agama Islam di Istanbul pada abad pertengahan. Banyak sekali cerita-cerita atau bisa dibilang dongeng-dongeng yang di selipkan penulis dalam buku ini secara apik. Selain itu, buku ini memuat cerita cinta yang indah sekaligus kelam , intrik politik yang panas namum terpendam, yang hanya bisa di pahami jika kalian membacanya sampai habis.


Selain itu keunikan dari buku ini adalah dari POV yang di gunakan, cukup banyak tokoh yang mendapatkan bagian POV, bahkan ada satu tokoh yang mengambil jatah dua POV, aneh kan. Mayat, orang mati, warna merah, pohon, anjing, kuda, koin emas dan yang lainnya , mereka semua mendapat bagian POV dalam cerita. Itu sangat unik menurutku. Dan porsi sudut pandang setiap tokoh sangat pas, tidak ada yang berlebihan atau tidak mendapat feel atau chemistry.


Membaca buku ini sebenarnya memang tidak terasa mudah, banyak hal yang saya pertimbangkan ketika saya memutuskan memilih buku ini untuk dibaca pada bulan oktober. 1). Saya merasa tema dalam buku ini sangat berat. dan saya merasa takut tidak bisa memahami buku ini dengan baik, bahkan saya takut tidak selesai ketika membaca buku ini. 2). Ketebalan buku yang membuat saya ogah-ogahan memulai membacanya. Namun seketika semua ketakutan itu hanya berada di dalam kepala saya. Buktinya, saya mampu membaca buku ini dengan baik, bahkan cukup memahami ceritanya. Bahkan saya merasa buku ini memberikan banyak pelajaran buat saya. Banyak pengetahuan yang saya dapat dari buku ini. Terutama peradaban Islam di Timur Tengah.


Sebenarnya ada satu kendala yang cukup berarti ketika saya membaca buku ini, karena tema yang ada di dalam buku ini, dan konflik yang cukup complicated membuat buku ini harus di baca pelan-pelan, dan juga buku ini lebih banyak mengandung narasi dan deskripsi dibanding dialog. Itu membuat saya cukup merasa bosan di bagian-bagian tertentu. Karena tidak semua narasi terasa membosankan, itu cukup membantu saya saya menghabiskan buku ini.


Secara fisik buku ini oke, covernya juga sangat menarik bagi saya, judulnya pun sangat memikat hati saya, ini subjektif karena saya menyukai warna merah. Terjemahan buku ini cukup oke walaupun, ada kesalahan ketikan dan salah penulisan nama tokoh di satu kalimat.
Saran saya, jika ada teman-teman pembaca non muslim yang ingin membaca buku ini juga sangat boleh, hanya saja , mungkin di dalam cerita kalian akan menemukan banyak gesekan-gesekan yang agak frontal. Tapi, buat saya justru hal seperti itu harus dipahami. Tidak semua hal harus selalu sesuai dengan apa yang kita yakini dan inginkan. Terkadang masuk kedalam dunia yang memiliki banyak gesekan dengan kita itu menjadi hal yang menyenangkan karena kita bisa belajar memahami mereka, mencoba melihat dari sudut pandang berbeda.

***

"Ada sebuah lukisan terakhir. Dalam lukisan tersebut, Enishte menistakan semua yang kita yakini. Apa yang sedang dilakukannya merupakan penghinaan terhadap agama, sebuah hujatan yang sesungguhnya." hal. 219

"Buku kita bukan lagi rahasia," Sahutku. "Barangkali ini tidak penting. Tetapi desas-desus sedang menyebar. Mereka bilang kita sedang melakukan penghujatan terhadap agamasecara sengaja. Meraka berkata bahwa disini kita telah membuat sebuah buku tidak seperti yang telah di tugaskan dan di harapkan Sultan, melainkan hanya untuk menyenagkan diri kita sendiri, sesuatu yang mengejek Nabi kita dan meniru para empu kaum kafir. Ada yang percaya buku itu bahkan menggambarkan Iblis begitu baik hati. Mereka bilang kita melakukan sebuah dosa tidak berampun dengan berani menggambar dari sudut pandang seekor anjing jalanan, seekor kuda terbang dan sebuah masjid seakan -akan berukuran sama ----dengan perkecualian bahwa masjid berada di latar belakang ----yang berarti mengejek orang beriman yang melakukan salat. Aku tak bisa tidur memikirkan hal-hal semacam itu." hal. 282 - Aku Akan Disebut Seorang Pembunuh.


***
Sekilas Tentang Penulis


Orhan Pamuk lahir pada Juni 1952 di Istanbul, Turki. Ia adalah pemenang Nobel Sastra 2006 dan karya-karyanya diterjemahkan kedalam lebih dari 40 bahasa. ( kalimat ini terdapat dalam keterangan tentang penulis di dalam buku Namaku Merah, dan kalimat selanjutnya dibawah adalah murni pendapatku tentang penulis berdasarkan keterangan Editor buku Namaku Merah ; Anton Kurnia yang terdapat di halaman awal buku ini )

Pada awal saya membaca catatan editor tentang Orhan Pamuk, saya langsung dibuat terkesima oleh banyak hal yang dilakukan Pamuk secara berani di negaranya. Dan membela hak-hak kaum minoritas di negaranya, sehingga Pamuk sendiri mendapat banyak sanksi baik sosial maupun hukum. Selain itu Pamuk bisa di bilang orang yang vokal pemerintahan dan menyuarakan keadilan di negaranya, berkali-kali dia menyuarakan bahwa "Tiga puluh ribu orang Kurdi dan sejuta orang Armenia dibunuh di negeri (Istanbul) ini dan tak seorangpun berani berbicara kecuali saya." Hingga akhirnya Pamuk disidang, dan terancam hukuman tiga tahun penjara.

Dari situ pula muncul semangat yang luar biasa agar saya bisa membaca karya Orhan Pamuk yang lain, saya merasa Namaku Merah hanya semacam pembuka saja, semoga bisa berjodoh dengan karya-karya menakjubkan Orhan Pamuk lainnya.


You Might Also Like

2 komentar

  1. Sudah masuk wishlist sejak lama tapi belum kunjung menggerakkan hati buat baca ini. Padahal udah banyak yang merekomendasikannya ke saya.

    Thanks buat ulasannya, kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kak Ipeh, wah terima kasih ya sudah mampir dan sudah baca ulasanku, senang rasanya <3 menurutku buku ini bagus dan wajib dibaca, kalau kak Ipeh suka dengan cerita sejarah, karena menurutku ini bisa masuk historical fictionberbau misteri2 gitu.

      Hapus

SUBCRIBE ME



Pengikut